Kamis, 05 Januari 2012

Bukit Zaitun

 
Bukit Zaitun bahasa Ibrani: הר הזיתים, Har HaZeitim (Har: "bukit", Ha-Zeitim:Zaitun);bahasa Arab: جبل الزيتون, الطور, Jebel az-Zeitun; bahasa Inggris: Mount of Olives atau Mount Olivet) adalah pengunungan di timur Yerusalem dengan 3 puncak yang membentang dari utara ke selatan.[1] Puncak tertinggi, at-Tur, 818 meter (2,683 ft).[2] Dinamai demikian karena perkebunan Zaitun yang pernah ada di lerengnya. Bukit ini mempunyai hubungan sejarah dengan agama Yahudi, Kristen dan juga Islam. Di tempat ini terdapat kuburan Yahudi yang sudah ada sejak 3000 tahun lalu dan memuat sekitar 150,000 makam.[3]

Sejarah
Sejak dulu, banyak orang Yahudi dikuburkan di tempat ini, terutama di bagian selatan di mana terdapat kuburan yang digali dari dalam batu, yang sekarang menjadi desa Silwan.[4] Makam yang dianggap milik nabi Zakharia dan Absalom anak Daud masih ada di sana. Di lereng atas, terdapat makam nabi-nabi Hagai, Zakharia (yang lain) dan Maleakhi. Juga ada makam rabi-rabi terkenal bangsa Yahudi.
Tentara Romawi dari Legio X Fretensis bermarkas di bukit ini saat mengepung Yerusalem tahun 70 M. Upacara keagamaan untuk menandai bulan baru juga dilakukan di sini pada zaman Bait Suci Kedua.[5] Setelah hancurnya Bait Suci, orang-orang Yahudi merayakan Sukkot (Hari Raya Pondok Daun-daunan) di Bukit Zaitun. Mereka berziarah ke sini karena bukit ini terletak 80 meter lebih tinggi dari Bukit Bait Suci dan memberikan pemandangan daerah bekas Bait Suci. Tempat ini menjadi tradisi untuk meratapi kehancuran Bait Suci, terutama pada hari raya Tisha B'Av.[5] Tahun 1481, seorang Yahudi Italia, Rabbi Meshulam Da Volterra, menulis: "Dan seluruh masyarakat Yahudi, tiap tahun, naik ke gunung Zion pada hari Tisha B'Av untuk berpuasa dan berduka, dan dari sana mereka berjalan turun sepanjang lembah Yosafat dan naik ke atas Bukit Zaitun. Dari sana mereka melihat seluruh bukit tempat Bait suci dan mereka menangis serta meratapi kehancuran Bait ini."[6] Pada pertengahan tahun 1850-an, penduduk desa Silwan dibayar £100 setiap tahun oleh orang-orang Yahudi untuk mencegah perusakan makam-makam di atas bukit.[7]
Selama pemerintahan Yordania dari tahun 1948 sampai 1967, penguburan Yahudi dihentikan dan banyak perusakan terjadi. 40,000 dari 50,000 makam dirusak.[8][9][10][11] Raja Hussein dari Yordania mengijinkan pembangunan Seven Arches Intercontinental Hotel di puncak Bukit Zaitun beserta jalan yang melalui kuburan sehingga menghancurkan ratusan makam Yahudi, termasuk yang dari zaman Bait Suci pertama..[12][13][14] Setelah "Perang 6 Hari", restorasi dimulai dan kuburan dibuka lagi untuk penguburan.
Perdana Menteri Israel, Menachem Begin, minta dikuburkan di Bukit Zaitun dekat makam Meir Feinstein, anggota Irgun Etzel, tidak di makam nasional Bukit Herzl.[15]

Makna keagamaan

Alkitab Perjanjian Lama

    Kuburan Yahudi di Bukit Zaitun
  • Bukit Zaitun dicatat pertama kali berkenaan dengan larinya raja Daud dari putranya Absalom(2 Samuel 15:30): "Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. Juga seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia masing-masing berselubung kepalanya, dan mereka mendaki sambil menangis." Tempat pendakian ini diperkirakan di timur Kota Daud, dekat desa Silwan.[1]
  • Ciri kudus dari bukit ini disebutkan dalam Yehezkiel 11:23: "Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota."[1]
  • Raja Salomo membuat mezbah untuk dewa-dewa para isterinya di puncak selatan bukit ini (1 Raja-raja 11:7–8): "Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon."
  • Dalam masa pemerintahan raja Yosia, bukit ini disebut Bukit Kebusukan (bahasa Ibrani: Har HaMashchit; bahasa Inggris: Mount of Corruption), seperti dalam 2 Raja-raja 23:13:"Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab, dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon, dinajiskan oleh raja." Hal ini menyangkut penyembahan berhala di sana yang dimulai oleh isteri-isteri raja Salomo dan akhirnya dihancurkan pada zaman raja Yosia.
  • Dalam Zakharia 14:3-4 ada tertulis mengenai bukit ini yaitu: "TUHAN (Yahweh) akan maju berperang melawan bangsa-bangsa itu seperti Ia berperang pada hari pertempuran. Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan."

Alkitab Perjanjian Baru

Gereja-gereja di Bukit Zaitun
Bukit Zaitun disebutkan berkali-kali di Perjanjian Baru:

Bukit Zaitun Bukit Penuntun






Bagi umat kristiani, Bukit Zaitun memiliki makna signifikan. Bukit ini menjadi saksi beragam kisah suka duka umat Tuhan. Di tempat inilah Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Dari tempat ini pula Yesus menyampaikan pesan eskatologis-Nya dan naik ke surga.

Dalam rubrik Musafir edisi Mei 2006 saya pernah menuliskan kisah perjalanan saya ke Bukit Three Sisters (Tiga Saudari) yang berada di wilayah Blue Mountains, New South Wales, Australia. Kali ini saya berbagi kisah tentang bukit lain yang jauh lebih populer, yaitu Bukit Zaitun.

GUNUNG SKANDAL
Bukit Zaitun terletak di sebelah Timur Yerusalem dan dipisahkan oleh Lembah Kidron. Bukit ini pun memiliki tiga puncak. Puncak pertama di utara. Puncak yang memiliki tinggi 818 meter ini oleh umat Kristen disebut Viri Galilaei atau orang-orang Galilea.

Puncak kedua berada di tengah. Puncak dengan ketinggian 808 meter ini dikenal sebagai tempat Yesus naik ke surga. Saya dan isteri menghabiskan cukup banyak waktu di tempat ini. Saya mencoba membayangkan betapa campur aduknya perasaan orang-orang yang menyaksikan Yesus naik ke surga dari tempat ini.

Puncak ketiga yang berada di Selatan dengan ketinggian 734 meter disebut Gunung Skandal. Kok aneh sih namanya? Konon di tempat inilah dulu Raja Salomo mendirikan tempat pemujaan dewa-dewa yang dianut isteri-isterinya. Skandal apa yang dilakukan Salomo? “Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta” (1 Raj. 11:1-2).

Bukan hanya itu, Salomo pun bertindak lebih jauh lagi dengan mendirikan bukit pengorbanan bagi mereka (1 Raj. 11:5-8). Perjanjian Lama bahkan memberinya nama Bukit Kebusukan (2 Raj. 23:13).

BERAGAM KISAH MANUSIA
Saat mengunjungi tempat ini bersama rombongan yang saya pimpin.Jerryas, pemandu lokal kami, sering mengucapkan kata-kata: “Inilah tempat Yesus pernah menjejakkan kaki-Nya.” Ucapannya itu bisa kita runut di Alkitab.

Bukit Zaitun menyimpan kisah suka maupun duka. Ketika Absalom melakukan kudeta terhadap ayahnya, Daud melarikan diri ke bukit ini. “Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut.” (2 Sam. 15:30).

Yesus amat akrab dengan tempat ini. Banyak waktu yang dihabiskan bersama murid-murid-Nya di sini. Ketika hendak masuk Yerusalem, Yesus meminta kedua murid-Nya mencarikan keledai di suatu tempat yang bernama Betfage (Mat. 21:1-2).

Para murid-Nya pun bertanya tentang akhir zaman di bukit ini (Mat. 24:3). Di Bukit Zaitun ini pula Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa iman mereka akan goncang. Peristiwa ini terjadi sebelum Petrus menyangkali-Nya sebanyak tiga kali (Mat. 26:30). Bahkan di tempat ini pulalah Yesus bermalam setelah mengajar di Bait Allah pada siang harinya (Luk. 21:37).

TAMAN GETSEMANI 
Pada zaman Yesus, bukit ini memang dipenuhi oleh pohon zaitun (Ibrani zayit; Yunani elaia). Namun, hutan lebat penuh pohon zaitun itu telah gundul pada zaman Titus. Ketika saya ke sana, pohon zaitunnya tinggal jarang-jarang.

Salah satu peristiwa yang sangat kita kenal juga terjadi di Bukit Zaitun. Di kaki Bukit Zaitun, sekarang berdiri Gereja Segala Bangsa, terdapat taman yang dipenuhi pohon zaitun. “Pohon zaitun ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Yesus,” ujar pemandu wisata. Batangnya memang kelihatan sudah sangat tua, sehingga seperti bonsai, tetapi ukurannya besar (kok ada bonsai besar he, he, he). Taman ini indah. Di taman yang kita kenal dengan nama Getsemani inilah Yesus berdoa dengan sangat serius sehingga “peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44).

Jika kita menuruni Bukit Zaitun kita akan melihat Gereja Pater Noster (Bapa Kami). Di gereja ini ada doa Bapa Kami dalam bahasa Indonesia dan Jawa. Setelah melewati gereja ini kita akan menemui Gereja Dominus Flevit (Tuhan Menangis). Di tempat inilah Yesus menangis. Gereja ini dibangun pada 1891 untuk memperingati peristiwa itu. Dari jendela kaca di altar, kita bisa menjenguk kota Yerusalem.

Apa yang Yesus tangisi? Ketika menyusuri punggung bukit di sebelah selatan, begitu Dia melihat Yerusalem dari punggung Bukit Zaitun itu, Dia menangis karena tahu masa depan kota itu. “... Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau” (Luk. 19:41-44).

JEJAK KAKI YESUS 
Di bukit ini jugalah Yesus naik ke surga. Di sini dibangun bangunan bundar dengan atap terbuka yang dinamai Imbomon. Di dalamnya ada bekas jejak kaki di atas batu yang diperkirakan sebagai jejak kaki Yesus ketika naik ke surga. Sampai sekarang jejak kaki itu masih terpelihara dengan baik.

Saya mencoba berdiri di atas jejak yang sama sambil menengadah ke atas dan membayangkan malaikat yang menegur orang-orang Galilea: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis. 1:11).

Yang menarik, di lereng Bukit Zaitun ini ada makam orang Yahudi yang tertua dan terbesar. “Karena tempatnya terbatas, harganya jadi mahal sekali,” ujar Jerryas. “Ditambah lagi banyak orang non-Yahudi juga ingin dikubur di sini, karena mereka ingin saat dibangkitkan nanti berada di tempat yang tepat.” Rupanya mereka mempercayai nubuat Nabi Yoel. “Aku akan membawa mereka ke Lembah Yosafat...” (Yoel 3:1-2).

Pada kedatangan Kristus yang kedua kali, sering disebut 4K, Bukit Zaitun akan kembali menjadi saksi sejarah. “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan” (Zak. 14:4).

Saat berada di Bukit Zaitun ini, saya merasa Tuhan menuntun saya dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang Yesus, kasih dan karya-Nya di muka bumi.

Sumber: Bahana, Mei 2009

Rabu, 04 Januari 2012

Transfigurasi Kristus


Transfigurasi oleh Lodovico Carracci, 1594, menggambarkan Elia, Yesus, and Musa dengan tiga Rasul.
Transfigurasi Kristus adalah peristiwa di mana Yesus dimuliakan di gunung, serta bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung itu. Muka-Nya bercahaya dan penuh dengan kemuliaan. Hal ini merupakan puncak spiritualitas dari Yesus.[1] Pada waktu peristiwa itu, terdapat tiga murid Yesus bersama dengan Dia; Petrus, Yakobus dan Yohanes.[2] Cahaya kemuliaan yang memancar dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para murid, bahwa di balik peristiwa yang menyedihkan yang akan dialami Yesus.[2] Peristiwa(penyaliban) yang akan membawa pada kemenangan, kemuliaan, bahwa di balik hinaan dan caci maki akan ada kemuliaan yang akan menguatkan para murid dalam kehidupan mereka dalam mengikuti guru (Yesus) mereka itu.[2]
Peristiwa ini kemudian menjadi tradisi umat Kristen dalam menghayati salah satu peristiwa hidup Yesus Kristus.[1] Waktu untuk melaksanakan transfigurasi ini berlangsung pada minggu sebelum merayakan Hari Raya Jumat Agung sebagai peringatan kematian Yesus.[1] Transfigurasi ini dijadikan titik sentral dalam karya Yesus sebagai Mesias menurut rencana Allah.[1] Peristiwa ini dapat diketahui dalam Alkitab pada Injil Matius 17:1-12, atau di Injil Markus 9: 2-13 atau di Injil Lukas 9: 28-36.[3][1]
Tujuan transfigurasi ini adalah untuk memberikan spiritualitas kepada umat Kristen dalam sikap batin, dan berdampak pada sikap lahirnya juga.[4] Sikap Batin itu menurut Kardinal Carlo Mantini dapat dilihat dalam diri Santo Paulus dalam beberapa hal: adanya sukacita batin dan kedamaian yang besar, adanya sikap pujian, kesiapan dalam mengikut Yesus.[4]

Catatan Alkitab

  • Menurut Injil Matius dan Markus, peristiwa ini terjadi 6 hari setelah Yesus bercakap-cakap dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Filipi (Injil Lukas: "kira-kira 8 hari sesudah segala pengajaran itu"). Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" di mana kemudian Petrus menjawab: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"[5] Ini merupakan awal dari pengenalan murid-murid-Nya bahwa Yesus bukan manusia biasa, melainkan "Yang Diurapi" (= Mesias = Kristus) dan "Anak Allah". Yesus memberitahukan bahwa: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa."[6] (Injil Matius: "...melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."[7]; Injil Lukas: "...melihat Kerajaan Allah."[8]) Perkataan ini menjadi nyata seminggu kemudian.
  • Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi (Injil Lukas: untuk berdoa). Di situ mereka sendiri saja. Ketika Yesus sedang berdoa, Dia berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi sangat putih berkilat-kilat, berkilau-kilauan, bersinar seperti terang. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampak kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.[9] Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.[10]
  • Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu.[11] Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada Yesus: "Rabi (Injil Matius: Tuhan; Injil Lukas: Guru), betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."[12] Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.[13]
  • Dan tiba-tiba sedang Petrus berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka. Ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."[14] (Injil Lukas: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."[15]) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.[16]
  • Dan sekonyong-konyong, ketika suara itu terdengar, waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.[17]</ref> Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!" Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.[18]
  • Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."[19] Maka murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu. [20] Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."[21]
  • Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." [22] Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.[23]

Kesaksian saksi mata

  • Injil Yohanes tidak mencatat kejadian ini, tetapi mencatat kesaksian Yohanes sebagai saksi mata dalam pasal pertama: "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.[24]
  • Petrus menulis tentang kejadian ini dalam suratnya yang kedua: "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.[25]

Referensi

  1. ^ a b c d e (Indonesia)Stefan Leks., Tafsir Injil Matius, Yogyakarta: Kanisius
  2. ^ a b c (Indonesia) William Barclay., Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Injil Matius 11-28, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
  3. ^ (Indonesia) Alkitab, Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia. Matius 17:1-12; Markus 9:2-13; Lukas 9:28-36
  4. ^ a b (Indonesia) Spiritualitas Damai, Yogyakarta: Kanisius, 2008
  5. ^ Matius 16:13-16; Markus 8:27-29; Lukas 9:18-20
  6. ^ Markus 9:1
  7. ^ Matius 16:28
  8. ^ Lukas 9:27
  9. ^ Matius 17:1-3; Markus 9:2-4; Lukas 9:28-30
  10. ^ Lukas 9:31
  11. ^ Lukas 9:32
  12. ^ Matius 17:4; Markus 9:5; Lukas 9:33
  13. ^ Markus 9:6
  14. ^ Matius 17:5; Markus 9:7; Lukas 9:34
  15. ^ Lukas 9:35
  16. ^ Matius 17:6
  17. ^ Markus 9:8; Lukas 9:36
  18. ^ Matius 17:7-8
  19. ^ Matius 17:9; Markus 9:9
  20. ^ Lukas 9:36
  21. ^ Markus 9:10
  22. ^ Matius 17:10-12; Markus 9:11-13
  23. ^ Matius 17:13
  24. ^ Yohanes 1:14
  25. ^ 2 Petrus 1:16-18

Rabu Abu

Dalam agama Kristen tradisi barat (termasuk Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah. Ini terjadi pada hari Rabu, 40 hari sebelum Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu atau 44 hari (termasuk Minggu) sebelum hari Jumat Agung.
Pada hari ini umat yang datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuna di mana seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan (misalnya seperti dalam Kitab Ester 4:1, 3). Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga digambarkan dengan "memakan abu": "Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan." Biasanya pemberian tanda tersebut disertai dengan ucapan, "Bertobatlah dan percayalah pada Injil."
Seringkali pada hari ini bacaan di Gereja diambil dari Alkitab, kitab II Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan bertobat.
Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaan seseorang. Pada hari ini umat Katolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.
Rabu Abu jatuh pada tanggal-tanggal berikut di tahun-tahun mendatang:
Di banyak negara berkebudayaan Katolik Roma di Eropa dan Amerika, Rabu Abu didahului masa karnaval (termasuk misalnya Mardi Gras) yang berakhir pada hari Selasa, sehari sebelum Rabu Abu.

Musim Epiphany



Dennis Bratcher
Dalam tradisi Kristen Barat, 6 Januari dirayakan sebagai Epiphany. It goes oleh nama lain dalam berbagai tradisi gereja. Dalam budaya Hispanik dan Latin, serta beberapa tempat di Eropa, dikenal sebagai Hari Tiga Raja '(Span: el Dia de los Tres Reyes, la Fiesta de Reyes, atau el Dia de los Reyes Magos; Belanda: Driekoningendag). Karena perbedaan dalam kalender gereja, terutama antara Ortodoks Timur dan Katolik Barat dan tradisi Protestan, baik Natal dan Epiphany telah diamati pada waktu yang berbeda di masa lalu. Saat ini, sebagian dari tradisi Ortodoks Timur mengikuti kalender gereja barat. Pengecualian adalah beberapa Gereja Ortodoks Yunani dan tradisi yang terkait (misalnya, Rusia dan Serbia Ortodoks) yang masih mengikuti kalender tua dan merayakan Epiphany sebagai teofani pada tanggal 19 Januari. -1 -
Epiphany adalah klimaks dari Musim Adven / Natal dan Dua Belas Hari Natal , yang biasanya dihitung dari malam 25 Desember sampai pagi hari 6 Januari, yang merupakan Hari Kedua Belas. Dalam mengikuti kebiasaan lama menghitung hari mulai pada saat matahari terbenam, malam 5 Januari adalah Twelfth Night. Ini adalah kesempatan untuk berpesta dalam beberapa kebudayaan, termasuk baking Kue Raja khusus sebagai bagian dari perayaan Epifani (Kue Raja adalah bagian dari ketaatan Mardi Gras dalam budaya Katolik Perancis dari Southern AS).
Dalam beberapa tradisi gereja, hanya hari-hari penuh dihitung sehingga 5 Januari adalah Hari Kesebelas Natal, 6 Januari adalah Hari Kedua Belas, dan malam tanggal 6 Januari dihitung sebagai Twelfth Night.
Dalam gereja-gereja Kristen tradisional Natal , serta Paskah , dirayakan sebagai periode waktu, musim tahun gereja, bukan hanya sehari. Musim Tahun Gereja terkait dengan Natal benar-benar dimulai dengan Minggu pertama Adven , empat hari Minggu sebelum Hari Natal. Adven ditandai dengan harapan dan antisipasi dalam mempersiapkan untuk merayakan kedatangan Yesus. Natal dimulai dengan Hari Natal 25 Desember dan berlangsung selama Dua Belas Hari sampai Epiphany , 6 Januari, yang tampak depan untuk misi gereja kepada dunia dalam terang Natal. Satu atau dua hari Minggu antara Hari Natal dan Epiphany kadang-kadang disebut Natal.
Bagi banyak tradisi gereja Protestan, musim Epiphany membentang dari 6 Januari sampai hari Rabu Abu , yang dimulai musim Prapaskah mengarah ke Paskah . Tergantung pada waktu Paskah, periode lebih lama Epiphany mencakup 4-9 hari Minggu. Tradisi-tradisi lain, terutama tradisi Katolik Roma, amati Epiphany sebagai satu hari, dengan Epiphany dihitung sebagai berikut Minggu Masa Biasa . Dalam beberapa tradisi Barat, hari Minggu terakhir Epiphany dirayakan sebagai Minggu Transfigurasi.
Para pencerahan Istilah berarti "untuk menunjukkan" atau "untuk membuat dikenal" atau bahkan "untuk mengungkapkan." Dalam gereja-gereja Barat, ia mengingat kedatangan orang-orang bijak membawa hadiah untuk mengunjungi anak Kristus, yang dengan demikian "mengungkapkan" Yesus ke dunia sebagai Tuhan dan Raja. Di beberapa negara Amerika Tengah dan Selatan dipengaruhi oleh tradisi Katolik, Hari Tiga Raja ", atau malam sebelumnya, adalah waktu untuk membuka hadiah Natal. Di beberapa gereja timur, Epiphany atau teofani memperingati baptisan Yesus, dengan kunjungan orang Majus terkait dengan Natal. Di beberapa gereja hari ini dirayakan sebagai Natal, Epifani dengan / teofani yang terjadi pada tanggal 19 Januari.


Simbol Epifani
Warna Epiphany biasanya warna Natal, putih dan emas, warna perayaan, kebaruan, dan berharap yang menandai hari paling suci dari tahun gereja. Dalam tradisi yang hanya mengamati satu hari untuk Epiphany, warna-warna yang sering berubah setelah Epiphany ke warna Waktu Biasa , warna tempat kudus biasanya hijau atau tematik, sampai Transfigurasi Minggu, hari Minggu terakhir sebelum awal Masa Prapaskah. Warna-warna untuk Transfigurasi Minggu biasanya warna Hari Kudus, putih dan emas.
Simbol-simbol liturgis tradisional Epiphany biasanya dikaitkan dengan orang-orang Majus. Simbol-simbol termasuk baik tiga crown atau mahkota tunggal, berbagai gambaran orang Majus atau Orang Bijak, tiga hadiah, bintang lima menunjuk, atau kombinasi dari sebuah bintang dan mahkota. Sebuah simbol yang lebih modern dari Epiphany adalah dunia atau gambaran bergaya dunia.
Sekitar 6 Januari, simbol + C + B + M + dengan dua angka sebelum dan dua angka setelah (misalnya, 20 + C + B + M 12) kadang-kadang terlihat ditulis dengan kapur di atas pintu rumah Kristen. Surat-surat adalah inisial dari nama-nama tradisional dari Tiga Majus: Caspar, Melchior dan Balthasar. Surat-surat ini juga menyingkat frase Latin Christus mansionem benedicat, "Semoga Kristus memberkati rumah." Angka-angka awal dan akhir adalah tahun 2012, dalam contoh di atas. Melintasi mewakili Kristus.
Menandai ambang ambang pintu Eropa merupakan praktek lama yang awalnya berbau sihir (perlindungan rumah). Namun, simbol sekarang digunakan di seluruh dunia dan biasanya mewakili sebuah doa Epiphany tradisional dan berkat.
Sebuah Berkat untuk Menandai pintu
Pemimpin: Damai sejahtera bagi rumah ini dan dengan semua yang tinggal di sini.
Respon (Semua): Dan damai dengan semua orang yang masuk ke sini.
Pemimpin: Selama hari-hari musim Natal, kami menjaga Pesta Epifani, merayakan manifestasi Kristus kepada orang Majus, dan dengan demikian seluruh dunia. Hari ini, Kristus adalah nyata kepada kita! Hari ini rumah ini adalah tempat suci karena kehadiran Kristus di sini.
Pemimpin: Dengarkan Injil menurut Matius.
2:01 Pada zaman Raja Herodes, setelah Yesus dilahirkan di Betlehem di Yudea, orang bijak dari Timur datang ke Yerusalem, 2:2 bertanya, "Dimana anak yang telah lahir raja orang Yahudi? Karena kita mengamati bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk membayar penghormatan. " 02:03 Ketika Raja Herodes mendengar hal ini, ia ketakutan, dan semua Yerusalem dengan dia; 2:4 dan menyebut bersama-sama semua imam kepala dan ahli Taurat dari orang-orang, ia bertanya dari mereka di mana Mesias akan dilahirkan. 02:05 Mereka berkata kepadanya, "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah telah ditulis oleh nabi: 2:06" Dan engkau Betlehem, di tanah Yehuda, yang tidak berarti terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari Anda akan datang seorang penguasa yang adalah gembalaku orang Israel. '"
02:07 Kemudian diam-diam Herodes memanggil orang-orang bijak dan belajar dari mereka waktu yang tepat ketika bintang itu muncul. 02:08 Lalu ia menyuruh mereka ke Betlehem, mengatakan, "Pergilah dan cari dengan tekun untuk anak;. Dan ketika Anda telah menemukan Dia, membawa saya kata sehingga aku juga bisa pergi dan membayar menghormatinya" 02:09 Ketika mereka mendengar raja, mereka berangkat, dan di sana, di depan mereka, pergi bintang yang mereka lihat di Timur, sampai berhenti di atas tempat anak itu. 2:10 Ketika mereka melihat bahwa bintang itu berhenti, mereka kewalahan dengan sukacita. 2:11 Pada saat memasuki rumah, mereka melihat anak dengan Maria ibunya, dan mereka berlutut dan membayar penghormatan. Lalu, membuka peti harta karun, mereka menawarkan hadiah berupa emas, kemenyan, dan mur. 2:12 Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, mereka pergi untuk negara mereka sendiri dengan jalan lain.
Pemimpin: Ini adalah firman Tuhan untuk Anda.
Respon (Semua): Syukur kepada Allah!
Pemimpin: Ya Allah, Tuhan dari segala yang ada, Anda mengungkapkan tunggal-Anak Anda kepada setiap bangsa dengan bimbingan bintang. Berkatilah rumah ini dan semua yang mendiaminya. Isi masing-masing kita dengan cahaya Kristus, bahwa perhatian kita untuk orang lain mungkin mencerminkan cinta Anda. Kami mohon ini melalui Kristus Tuhan kita.
Respon (Semua): Amin
Signifikansi dari Epiphany di Gereja
Seperti sebagian besar aspek kalender liturgi Kristen, Epiphany memiliki signifikansi teologis sebagai alat mengajar di gereja. Orang Bijak atau orang Majus yang membawa hadiah kepada anak Yesus adalah bangsa-bangsa pertama yang mengakui Yesus sebagai "Raja" dan seterusnya adalah yang pertama untuk "menunjukkan" atau "mengungkapkan" Yesus kepada dunia yang lebih luas sebagai Kristus yang berinkarnasi. Tindakan ibadah oleh orang Majus, yang berhubungan dengan berkat Simeon bahwa anak ini Yesus akan menjadi "terang bagi wahyu kepada bangsa-bangsa lain" (Lukas 02:32), adalah salah satu indikasi pertama bahwa Yesus datang untuk semua orang, dari semua bangsa, dari semua ras, dan bahwa karya Allah di dunia ini tidak akan terbatas hanya beberapa.
Hari sekarang diamati sebagai waktu berfokus pada misi gereja dalam menjangkau orang lain dengan "menunjukkan" Yesus sebagai Juruselamat semua orang. Ini juga merupakan waktu yang berfokus pada masyarakat dan persekutuan Kristen, terutama dalam penyembuhan divisi dari prasangka dan kefanatikan bahwa kita semua terlalu sering membuat antara anak-anak Allah.
Sebuah Doa Epiphany
Bapa, kami berterima kasih untuk mengungkapkan diri kepada kita dalam Yesus Kristus, kita yang dahulu bukan orang-orang Anda, tetapi siapa Anda memilih untuk mengadopsi sebagai orang-orang Anda. Sebagai Israel kuno mengaku lama, kita menyadari bahwa itu bukan karena kebenaran kita sendiri, atau kebijaksanaan atasan kita sendiri, atau kekuatan, atau kekuasaan, atau angka. Itu hanya karena Anda mengasihi kita, dan memilih untuk menunjukkan kepada kita bahwa cinta dalam Yesus.
Ketika Anda telah menerima kami ketika kami tidak pantas cinta Anda, akan Anda membantu kami untuk menerima orang yang kita merasa sulit untuk mengasihi? Maafkan kami, ya Tuhan, untuk setiap sikap yang kami pelabuhan bahwa pada tingkat manapun melihat diri sebagai lebih baik atau lebih benar daripada yang lain. Maukah Anda membantu kami untuk menghapus prasangka dan hambatan untuk meruntuhkan dinding kefanatikan, agama atau sosial? Ya Tuhan, membantu kita menyadari bahwa kita mendirikan dinding yang bagi orang lain hanya berupa penjara kita sendiri!
Apakah Anda mengisi kita begitu penuh cinta Anda bahwa tidak ada lebih banyak ruang untuk intoleransi. Ketika Anda telah mengampuni kita banyak, akan Anda memungkinkan kita dengan kekuatan Anda untuk mengampuni orang lain bahkan lebih? Apakah Anda mengaktifkan kami melalui Keberadaan Anda tinggal di antara kita, komunal dan individual, untuk menjalani hidup kita dengan cara yang layak Nama kita tanggung?
Semoga kita, melalui bimbingan Anda dan ketaatan kita yang setia, menemukan jalan baru dalam cara-cara yang kita tidak membayangkan memegang Cahaya cinta Anda sehingga dapat menjadi Cahaya wahyu untuk semua orang.
Kami berterima kasih untuk kasih Anda, memuji Anda untuk hadiah Anda, mintalah Kehadiran terus dengan kami, dan membawa petisi ini dalam nama Anak Anda, yang telah benar-benar mengungkapkan hati Anda. Amin.
Catatan
1. Perbedaan antara tradisi Barat dan Timur yang berkaitan dengan saat Natal Epiphany dirayakan pasir adalah masalah rumit yang tidak dapat dibahas secara memadai di sini. Ini sebagian besar adalah masalah yang kalender digunakan untuk menghitung tanggal. Sebagian besar dunia saat ini menggunakan kalender Gregorian [external link], diperkenalkan pada abad ke-16 sebagai sarana untuk memperbaiki ketidakakuratan sedikit dalam kalender Julian tua. Ini ketidaktelitian sekitar 11 menit setahun menghasilkan sebuah "drift" akumulasi tanggal dalam kaitannya dengan tahun matahari. Ini berarti bahwa "tetap" tanggal surya, misalnya musim panas dan musim dingin dan musim semi dan musim gugur ekuinoks, akan jatuh pada tanggal semakin sebelumnya. Tentu saja hal ini juga akan berlaku untuk festival keagamaan yang jatuh pada tanggal tetap, seperti Natal pada tanggal 25 Desember. Kalender Gregorian, yang disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582, dimaksudkan untuk memperbaiki ketidakakuratan dan menstabilkan ini "drift" tanggal. Akibatnya segera menjadi standar kalender sipil di seluruh dunia.
Namun, gereja-gereja Ortodoks Timur dan terus menggunakan kalender Julian yang lebih tua sebagai kalender religius, yang berarti hari libur keagamaan jatuh pada hari yang berbeda di gereja-gereja Timur dan Barat. Namun pada tahun 1923, sinode diselenggarakan oleh Patriark Ekumenis Konstantinopel IV Melitius mengadopsi Revisi Kalender Julian [link eksternal] untuk perayaan hari tahun ini. Kalender ini direvisi, untuk semua tujuan praktis, identik dengan kalender Gregorian. Kalender ini telah sekarang telah diadopsi oleh Gereja-gereja Ortodoks Konstantinopel, Yunani, Siprus, Rumania, Antiokhia, Polandia, Bulgaria, Finlandia, Estonia, dan Gereja Ortodoks Amerika, serta oleh beberapa paroki dalam gereja Ortodoks Rusia di Eropa Barat . Gereja-gereja Rusia, Serbia, Yerusalem, dan Georgia, bersama dengan gereja-gereja kuno lainnya dari Timur dan beberapa kelompok konservatif di Yunani, belum mengadopsi dan terus menggunakan kalender Julian yang lebih tua. Semua gereja Ortodoks, bagaimanapun, terus untuk merayakan Paskah (Easter) perhitungan berikut dibuat menurut kalender Julian.
Hasil dari semua ini adalah bahwa gereja-gereja Ortodoks yang mengikuti Julian Calendar Revisi, yang secara fungsional setara dengan kalender Gregorian Barat, merayakan Natal pada 25 Desember, sementara mereka yang mengikuti (tidak direvisi) Kalender Julian merayakannya pada 7 Januari (yang sebenarnya 25 Desember dalam kalender Julian direvisi).
- Dennis Bratcher, Copyright © 2011 , Dennis Bratcher, All Rights Reserved
Lihat Hak Cipta dan Pemberitahuan Informasi Pengguna